Sunday, 15 November 2015

Pantulan 13/15: Sajak Daeng Ramliakil, "Mencari yang Hilang".

Pantulan 13/15: Iktibar
Sajak (Daeng Daengramliakil) Daeng Ramliakil, “Mencari yang Hilang”, Dewan Budaya, September 1992, muka surat 49, mencungkil sejarah tokoh untuk membangkitkan kesedaran bangsa tentang warisan dan tamadunnya. Demi pemartabatan. Tetapi bukan mudah mengatasi cabaran berupa tentangan kerana, peredaran zaman telah melekakan generasi sekarang bahkan yang seangkatan sehingga mereka tidak mengakui kepentingan deretan peristiwa yang berabad-abad terpahat di lembaran sejarah, terlipat di kepustakaannya.
ASKAT: Pun tidak mengapa sekiranya tinggalan-tinggalan menghiasi muzeum berbanding tanpanya langsung. Sekurang-kurangnya, terkumpul bahan untuk jadi rujukan atau penelitian. Minda akan merumuskan tuntutan perjuangan demi kelangsungan bangsa yang dilimpah-ruahi potensi menjadi besar dan terkemuka setara dengan yang di kemuncak ketika ini.
Maka pendidikan di setiap pentas atau persada mana pun seharusnya berterusan; menyedarkan ‘pemuda harapan bangsa, pemudi tiang negara’ agar dewasa dengan keunggulan dan ketrampilan dalam ‘wawasan beracuan sendiri’, dalam apa pun segi. Masing-masing mendukung wawasan mengikut tanggungjawab dan kemampuan. Kekecewaan seharusnya dipenyapkan.
Kalaulah terbukti tidak semua yang digali berseri-seri mengatasi yang dianggap mithali, haruslah bertindak bijaksana mengakui. Dalam interaksi ratusan tahun sejak zaman bahari hingga kini, sudah tentu terumus yang terbaik untuk diikuti. Kalau boleh kita sepakati - keterlanjuran zaman tradisi, kemunduran kehidupan duniawi, kejahilan ketika dijajahi, ketinggalan yang tidak tersembunyi - nescaya kita tidak akan sedemikian ( atau sebegini) dalam beberapa generasi yang menyusuli.

No comments:

Post a Comment