Tuesday, 6 January 2015

Pantulan 2/2015: Sajak Nawawee Mohammad, “Masa Dalam Sajak”

Pantulan 2/2015: Demi masa
Ketika meninjau-ninjau untuk sesuatu maksud yang lain, terserempak dengan sajak Nawawee Mohammad, “Masa Dalam Sajak”, “Perspektif”, Berita Minggu, 9 Disember 2001, muka 10. Kukira bertepatan, pada tahun baru 2015 ini merakamkan pertambahan usia dengan menggali makna “masa” sementelahan pula, pagi tadi sudah diumumkan seorang ahli kariah kampungku yang sakit beberapa bulan berpulang sudah ke rahmatullah, pada usia 74 tahun.
Karyawan sedaerahku ini berlaku bijaksana, selain merenung hakikat masa, telah pula, dengan kenanya, membandingkannya dengan “pedang” yang diakui “tajam” matanya tetapi kalau tersimpan tak digunakan untuk maksud asalnya, tidak berfaedah apa-apa. Paling-paling, menjadi hiasan di dinding atau kabinet berkaca. Musuh tidak akan gerun dan tiada rugi pula kalau tidak memiliki. Perutusan yang disampaikan berguna untuk semua. Kadang-kadang kita terlupa menghayati dan memanfaati waktu yang tersedia, dan hanyutlah dibawa arus deras zaman berpancaroba. Walau lazimnya, orang muda berpeluang hidup lebih lama lagi, berbanding mereka yang lahir mendahului, yang harus dimengerti, peluang hanya datang tanpa berhenti. Maka, rebutlah ia sebelum tiada kesempatan lagi. Lima x lima perkara.
ASKAT: Kita manusia, setiap detik kian tua. Ternyata, yang bayi menjadi remaja, yang dewasa berubah pesara, lalu pergi apabila sampai seruan Ilahi. Maka benarlah, sebagai firman, “Sesungguhnya manusia itu dalam kerugian - Kecuali orang-orang yang beriman dan beramal soleh, dan mereka pula berpesan-pesan dengan kebenaran serta berpesan-pesan dengan sabar.” (Al-Quran, Al-‘Asr: 103: 2-3)
— at Berita Minggu, 9 Disember 2001

No comments:

Post a Comment