Wednesday, 6 November 2013
"Suara Kita" Bahagian 4
Sajak pertama termuat dalam antologi ini berjudul “Pohon” karya ABDUL RAHMAN ABBAS bermula di muka surat 2-4 dan sajak terakhir, yang ke-1000, “Rinduku Pada Malaysia” karya Zaleha Ismaon termuat di muka surat 1346. Dengan menolak 10-14 halaman pemisah kategori atau kelompok penyajak maka bermakna 1300 muka surat dipakai bagi menampung 1000 sajak. Kalau diambil purata maka setiap sajak menggunakan 1.30 halaman. Sajak yang terpendek ialah karya Ismail Restu, “31 OGOS, 1957” sepenuhnya disalin:
“Engkau tarikh keramat/kami terlepas daripada belenggu/akan kami kenang sampai bila-bila.”.
Sajak terpanjang berdasarkan bilangan halaman yang diambil ialah, “Kehidupan Orang Melayu Sebelum dan Selepas Merdeka” karya ASHAARI MUHAMMAD (muka surat 22-26) dan “Di atas Runtuhan Kota Melaka” karya HAMKA (muka surat 608-612). (Sajak hamka ini ada juga termuat dalam Ahmad Kamal Abdullah, “MengenangMu Puisi-puisi Melayu Berunsur Islam 1933-1986, Dewan Bahasa dan Pustaka, 1989, cetakan pertama, (diselenggarakan bersama Mohd Hanafi Ibrahim), muka surat 9-14. Tercatat tarikh penciptaannya di Melaka pada 25 Ogos 2603 dalam Semangat Asia, September 1943. Ada juga rencana dalam Dewan Siswa November 1981, muka surat 4-5).
Di kalangan penyair, dua sajak yang agak panjang ialah karya A. Samad Said, “Mutiara Kemerdekaan” (muka surat 70-73) dan Baha Zain, berjudul “Sungai Ingatan” (muka surat 167-170) Dua sajak yang hendak kusebut sedikit ialah “Merdeka” karya ASRUDIN ABDUL JABAR. Sajak ini, selain kalimatnya “Dulu, kini dan selamanya …” tiada menggunakan kata-kata lain kecuali tarikh-tarikh kemerdekaan 1957 dan diikuti perkataan “1958” berturutan sehingga “2013”. Sebuah lagi sajak elok disebut kerana ia menjadi judul antologi mega ini, “Suara Kita”, karya ABDULLAH JUSOH, di muka surat 1001.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment