Saturday, 1 September 2018

Pantulan F/01/04/2018: Sajak Norhisham Mustafa, “Nafas Memenuh Ruang”

Pantulan F/01/04/2018: Akhirnya pasti
Kesenangan numero uno saya hasil meneliti puisi timbul dari kesan seni yang tiba-tiba menghuni sanubari. Tidak mengapa kesan itu lantaran putaran kata-kata yang tersusun menjadi kalimat beramanat atau memberikan misteri untuk minda mencari erti sebenar!
Ambillah: “air mata paling duka pun/atau darah kecewa yang mercik pun/tak mengembalikan sang musafir/yang pergi menuju hitungan/paling abadi.”
Dengan mengongkongkan tumpuan kita terhadap ungkapan ini sahaja pun, sudah memadai untuk kita merenung kehidupan fana apalagi pada saat-saat ini. Nyatalah, ia tetap akan berakhir jua. Kalau kita masih tidak sedia menghisabkan diri – apa yang telah kita lakukan selama ini - tentulah kekesalan bakal menyusuli tidak akan terubat lagi. Seyogianya, janganlah kita biarkan kejahilan berterusan berleluasa sehingga kita tergamak menghembuskan nafas penghabisan dalam kerugian. Kehidupan ini ada makna yang harus dicari dan seharusnyalah kita menyudahkannya dengan paras kebaikan yang paling memanfaatkan, paling kurang untuk diri kalau pun tidak untuk semua yang lain mengelilingi kita.
Aku kira eloklah teman-teman lain menghayati “Getaran Sukma” karyawan misali, Norhisham Mustafa melalui sajak beliau, “Nafas Memenuh Ruang”, Pengasuh, Bilangan 421, Januari/Februari 1977, muka surat 36.
Selaku musafir langka aku pun sangat tercuit oleh cetusan-cetusan yang “merimas tubuh/lekit menyepit menusuk daging?” seperti yang tersuntik oleh olahan ini. Maka wajarlah kita bertafakur mensyukuri suatu rakaman silam walaupun telah empat dekad tersulam.
Comments
Norhisham Mustafa Terimakasih banyak Datok. Wassalam.
Manage
LikeShow More Reactions
Reply30w
Hisham Ariffin Dari dahulu saya suka membaca Sajak Norhisham Mustafa...

No comments:

Post a Comment