Pantulan 24/15: Jejiwa
Aku tidak berhasrat mengingati kalimat-kalimat yang ditulisi beliau lebih empat dekad yang lalu, kecuali, “senja ini yang datang/wahai gadisku/ terkenang aku kepadamu/sebenarnya/telah kutemui kau berkali-kali /di pelipis mataku/yang basah selalu.” Tiada kalah untaian ini dengan untaian-untaian yang dikarang oleh penyajak-penyajak tersohor yang lain. Dan senggang masa yang mengusiakan aku dan pastinya juga Azmi Yusoff, tidak seharusnya menenggelamkan besertanya, kecamukan dan sedih duka orang muda yang kecewa bercinta, indah terakam mengimbaui. Sekurang-kurangnya, orang-orang muda sekarang yang melalui nasib serupa boleh pula membandingkan situasi demikian pada abad baru ini. Berbezakah perasaan kecundang oleh peredaran zaman?
Sajak jiwa-jiwa remaja belasan umur ini takpun menuntut masa yang lama untuk dinikmati. Usapilah, Azmi Yusoff, “Kenangan”, Dewan Sastra, Jun 1973, muka surat 55. Sesekali sedetik waktu sebelum beradu, tak salah melayan pengalaman silam. Atau, meneroka ilham.
(NOTA: Saya telah menyemak judul-judul sajak Azmi dalam, antologi-antologi “Dua Alam” (1978 – 25 buah); “Mengemam Jadam” (1994 – 63 buah); “ABRAR” (2011 – 25 buah); “Seriosa Sukma” (2014 – 79 buah); dan “Sakar Mawar” (2014 – 99 buah) tetapi gagal menemui sajak “Kenangan” ini).
No comments:
Post a Comment